ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS : #2
TEKNIK MEMAHAMI ANAK DAN MENGIDENTIFIKASI ABK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teknik memahami siswa merupakan suatu
cara atau strategi yang digunakan seorang pengajar atau guru dalam memahami
siswa. Ada dua teknik dalam memahami siswa yaitu teknik tes dan teknik non-tes. Kedua teknik ini
sangat penting agar dapat mudah memahami siswa, serta dapat memberikan strategi
yang sesuai untuk mengajarkan siswanya.
Oleh karena itu, guru harus
memahami bagaimana teknik tes dan non tes tersebut dan apa saja kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing teknik pengumpulan data.
Selain itu guru juga harus
memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi apakah ada peserta didiknya yang
memiliki kebutuhan khusus (ABK). Karena pada anak berkebutuhan khusus perlu
pelayanan yang berbeda dengan anak lainnya.
Untuk melakukan proses
identifikasi tersebut sebelumnya guru dituntut untuk mengetahui kondisi anak
yang seperti apa yang dikategorikan sebagai anak berkebutuhan khusus.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1.
Apa saja yang
termasuk kedalam teknik tes dan non tes?
2.
Apa karakteristik
dari masing-masing teknik tersebut?
3.
Bagaimana cara
mengidentifikasi siswa berkebutuhan khusus?
C.
Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk:
1.
Mengetahui
teknik untuk memahami anak yang termasuk kedalam teknik tes dan non tes
2.
Mengetahui karakteristik
dari masing-masing teknik baik teknik tes maupun non tes
3.
Mengetahui cara
mengidentifikasi siswa berkebutuhan khusus
D.
Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat sebagai:
1. Menambah referensi pembaca mengenai teknik teknik yang
dapat dilakukan untuk memahami anak atau peserta didik
2. Membantu pembaca agar mampu memahami bagaimana cara
untuk melakukan identifikasi terhadap anak berkebutuhan khusus.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teknik Memahami Anak dengan Tes
Teknik
tes atau sistem testing merupakan usaha pemahaman murid dengan menggunakan
alat-alat yang bersifat mengungkap atau mentes. Sedangkan tes adalah sebagai
suatu prosedur yang sistematis untuk mengobservasi (mengamati) tingkah laku
individu melalui skala angka atau sistem kategori. Selain itu tes mengandung
pengertian alat untuk menentukan atau menguji sesuatu.
Penggunaan teknik dari tes bertujuan untuk:
1. Menilai kemampuan belajar murid
2. Memberikan bimbingan belajar kepada murid
3. Mengecek kemampuan belajar
4. Memahami kesulitan-kesulitan belajar
5. Menilai efektivitas (keberhasilan) mengajar
(Shertzer & Stone; 1971:235)
Berdasarkan atas aspek yang diukur, tes dibedakan
atas:
1.
Tes intelegensi
Yaitu
suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengungkapkan tarap kemampuan dasar
seseorang yaitu kemampuan dalam berpikir, bertindak dan menyesuaikan dirinya
secara efektif.
Macam-macam
tes intelegensi antara lain:
a.
Tes intelegensi
umum, bertujuan untuk memberikan gambaran umum tentang taraf kemampuan
seseorang.
b.
Tes intelegensi
khusus, menggambarkan taraf kemampuan seseorang secara spesifik.
c.
Tes intelegensi
differensial, memberikan gambaran tentang kemampuan seseorang dalam berbagai
bidang yang memungkinkan didapatnya profil kemempuan tersebut.
Manfaat
tes intelegensi yaitu:
a.
menganalisis
berbagai masalah yang dialami murid
b.
membantu
memahami sebab terjadinya masalah
c.
membantu
memahami murid yang mempunyai kemampuan yang tinggi juga yang rendah
d.
menafsirkan
kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi siswa
2.
Tes bakat
Yaitu
suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengetahui kecakapan, kemampuan
atau keterampilan seseorang dalam bidang tertentu. Tes bakat berguna untuk
membantu seseorang dalam membuat rencana dan keputusan yang bijaksana berkenaan
dengan pendidikan dan pekerjaan.
Untuk
mengetahui bakat seseorang, telah dikembangkan berbagai macam tes seperti:
a.
Rekonik, tes ini
mengukur fungsi motorik, persepsi dan berpikir mekanis.
b.
Tes bakat musik,
tes yang mengukur kemampuan dalam aspek-aspek nada, suara, ritme, warna bunyi
dan memori.
c.
Tes bakat
artistik, yaitu kemampuan menggambar, melikis dan meripa.
d.
Tes bakat
krelikal (perkantoran), yaitu tes mengukur kecepatan dan ketelitian.
e.
Tes bakat
multifaktor, tes yang mengukur berbagai kemampuan khusus.
Tes
ini mengukur beberapa kemampuan khusus diantaranya yaitu:
a.
Berpikir verbal,
yang memngungkapkan kemampuan nalar secara verbal.
b.
Kemampuan
bilangan, kemampuan berpikir yang menggunakan angka-angka.
c.
Berpikir
abstrak, kemampuan berpikir dengan nalar yang bersifat nonverbal tanpa
angka-angka.
d.
Berpikir
mekanik, kemempuan serta pemahaman mengenai huku-hukum yang mendasari
alat-alat, mesin-mesin, dan gerakan-gerakan.
3.
Tes kepribadian
Yaitu
suatu tes untuk mengetahui kepribadian seseorang yang terorganisasi secara
dinamis dan sistem-sistem psikologis dalam sisi individu yang menentukan
penyesuaian-penyesuain yang unik dengan lingkungan.
Kepribadian
dapat diukur dengan jalan melihat:
a.
Apa yang
seseorang katakan tentang keadaan dirinya sendiri.
b.
Apa yang orang
lain katakan tentang keadaan diri seseorang.
c.
Apa yang
seseorang lakukan dalam situasi tertentu.
4.
Tes prestasi belajar
Yaitu
suatu alat (tes) yang disusun untuk mengukur hasil-hasil pengajaran. Tujuan
utama penggunaan tes prestasi belajar adalah agar guru dapat membuat
keputusan-keputusan seleksi dan klasifikasi serta menentukan keefektifan
pengajaran.
a.
Tes ini meliputi
beberapa jenis diantaranya:
b.
Tes
diagnostik,yang dirancang agar guru dapat mengetahui letak kesulitan murid,
terutama dalam berhitung dan membaca.
c.
Tes prestasi
belajar kelompok yang baku.
d.
Tes prestasi
belajar yang disusun guru.
B.
Teknik Memahami Anak dengan Non-Tes
Teknik
non-tes merupakan prosedur mengumpulkan data untuk memahami pribadi siswa pada
umumnya bersifat kualitatif. Tekhnik ini tidak menggunakan alat – alat yang
bersifat mengukur, tetapi hanya menggunakan alat yang bersifat menghimpun atau
mendeskripsikan saja. Beberapa macam teknik non-tes diantaranya yaitu:
1. Observasi
(Pengamatan)
Yaitu
teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku).
Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang
dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis
terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.Observasi
dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran,
dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga,
upacara dan lain-lain. Yang paling berperan disini adalah panca indra atau
pengindraan terutama indra penglihatan, dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
dilakukan sesuai
dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu
2.
direncanakan
secara sistematis
3.
hasilnya dicatat
dan diolah sesuai tujuan
4.
perlu diperiksa
ketelitiannya.
Observasi
sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kebaikan, antara lain:
1.
Observasi dapat
memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak
2.
Dalam observasi
memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau
kejadian yang penting
3.
Observasi dapat
dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain,
misalnya wawancara atau angket
4.
Observer tidak
perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun
menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
Selain
keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan
observasi antara lain :
1.
Observer tiidak
dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan.
Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak
dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia
kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia.
Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2.
Apabila si objek
yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil
tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3.
Observer banyak
tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.
2. Wawancara (
Interview )
Wawancara
merupakam teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung
dengan responden atau orang ynag diminta informasi.
Keberhasilan
wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
1.
Hubungan baik
pewawancara dengan anak yang diwawancarai.
Dalam
hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang
diwawancarai
2.
Keterampilan
pewawancara,
Keterampilan
pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan,
karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan
wawancara.
3.
Pedoman
wawancara,
Keberhasilan
wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum
guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci,
tentang pertanyaan yang akan diajukan.
Kelebihan dari teknik wawancara yaitu:
a.
merupakan teknik
yang paling tepat untuk mengungkap keadaan pribadi siswa
b.
dapat dilakukan
terhadap setiap tingkatan umur
c.
dapat
dilaksanakan serempak dengan kegiatan observasi
d.
digunakan untuk
pelengkap data yang dikumpulkan dengan teknik lain
Sedangkan
kekuranganya yaitu:
a.
tidak efisien,
yaitu tidak dapat menghemat waktu, sangat bergantung terhadap kesediaan kedua
belah pihak
b.
menuntut
penguasaan bahasa dari pihak pewawancara
Hal-hal
yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu:
a.
Guru yang akan
mengadakan wawancara harus mempunyai background tentang apa yang akan
ditanyakan
b.
Guru harus
menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara tersebut
c.
Harus menjaga
hubungan yang baik
d.
Guru harus
mempunyai sifat yang dapat dipercaya
e.
Pertanyaan
hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas
f.
Hindarkan
hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara
g.
Guru harus mengunakan
bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber data
h.
Hindari
kevakuman pembicaraan yang terlalu lama
i.
Guru harus
mengobrol dalam wawancara
j.
Batasi waktu
wawancara
k.
Hindari
penonjolan aku dari guru
3. Angket (
Questionaire )
Angket
(kuesioner) merupakan alat pengumpul data melalui komunikasi tidak langsung,
yaitu melalui tulisan. Angket ini berisi daftar pertanyaan yang bertujuan untuk
mengumpulkan keterangan tentang berbagai hal yang berkaitan dengan responden.
Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran
terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar
mereka.
Angket
sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat
anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan angket antara lain:
a. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah
anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
b. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang
sama
c. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat
dihindarkan
Sedangkan
kelemahan angket, antara lain:
a.
Pertanyaan yang
diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang
kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
b.
Kadang-kadang
pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas
menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
c.
Ada kemungkinan
angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang
merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan
kembali angketnya.
4. Sosiometri
Sosiometri
adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang
dalam suatu kelompok. Sehinggga sosiometri merupakan alat yang tepat untuk
menilai hubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu
kelas, yang meliputi stuktur hubungan individu, susunan antar individu dan arah
hubungan sosial. Sehingga dengan demikian seorang guru dapat mengetahui
bagaimana keadaan hubungan social dari tiap-tiap anak dalam suatu kelompok atau
kelas. Teknik ini bertujuan untuk memperoleh informasi dengan menghubungkan
atau interaksi sosial diantara murid.
5. Studi kasus
Studi
kasus merupakan tekhnik pengumpul data yang bersifat menyeluruh dan terpadu.
Terpadu artinya menggunakan berbagai pendekatan yang bersifat menyeluruh,
artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu.
Studi
Kasus diadakan untuk memahami siswa sebagai individu dalam keunikannya dan
dalam keseluruhannya. Kemudian dari pemahaman dari siswa yang mendalam,
konselor dapat membantu siswa untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik.
Dengan penyesuian pada diri sendiri serta lingkungannya, sehingga siswa dapat
menghadapi permasalahan dan hambatan hidupnya, dan tercipta keselarasan dan
kebahagiaan bagi siswa tersebut.
Metode
Studi kasus mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Mengumpulkan
data yang lengkap; studi kasus memerlukan data yang komprehensif dari setiap
aspek kehidupan siswa. Data yang lengkap sangat menentukan identifikasi dan
analisis masalah. Apabila data tidak lengkap dan terjadi kesalahan dalam
identifikasi dan analsis masalah maka besar kemungkinan terjadi salah
penanganan (treatment) dan bahkan dapat terjadi malpraktik.
b.
Bersifat rahasia
; studi kasus tidak dapat dipisahkan dari bimbingan dan konseling, maka salah
satu kode etik dalam konseling yaitu asas kerahasiaan. Asas kerahasiaan sangat
penting untuk menjaga kepercayaan konseli . Disisi lain, sangat mungkin
informasi yang diperoleh belum pasti apa adanya, maka sangat berbahaya apabila
informasi tersebut tersebar dan timbul salah persepsi kepada individu dari
berbagai pihak.Dan hendaknya hanya konselor yang menangani dan pihak-pihak yang
dianggap perlu mengetahui keadaan konseli sebenarnya.
c.
Dilakukan secara
terus menerus (kontinyu): studi kasus juga merupakan proses memahami
perkembangan siswa, maka perlu dilakukan pemahaman secara terus menerus
sehingga terbentuk gambaran individu yang obyektif dalam berbagai segi
kehidupan individu yang berpengaruh pada masalah yang dihadapinya.
6.
Autobiografi
Yaitu
sebuah karangan pribadi seseorang (siswa) yang murni hasil dirinya sendiri
tanpa dimasuki pikiran dari orang lain, ini lebih menjurus tentang pengalaman
hidup, cita-cita dan lain sebgainya.
Autobiografi
bagi guru bertujuan untuk mengetahui keadaan murid yang berhubungan dengan
minat, cita-cita, sikap terhadap keluarga, guru atau sekolah dan pengalaman
hidupnya.
Autobiografi
ini dalam pembuatannya dibagi kedalam dua jenis, yaitu karangan terstruktur dan
tidak terstruktur.
a.
Terstruktur
Karangan
pribadi ini disusun berdasarkan tema (judul) yang telah ditentukan sebelumnya,
seperti: cita-citaku, keluargaku, teman-temanku, masa kecilku dan sebagainya.
b.
Tidak
terstruktur
Di
sini murid diminta membuat karangan pribadi secara bebas, dan tidak ditentukan
kerangka karangan terlebih dahulu.
C. Klasifikasi
Anak Berkebutuhan Khusus
Untuk dapat melkukan idenifikasi terhadap anak atau
peserta didik apakah dia berkebutuhan khusus atau tidak maka sebelumnya kita
harus tahu kondisi seperti apakah yang dikatakan anak berkebutuhan khusus.
Adapun anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Kelainan
Mental, terdiri dari:
a.
Mental Tinggi
Sering
dikenal dengan anak berbakat intelektual, dimana selain memiliki kemampuan
intelektual di atas rerata normal yang signifikan juga memiliki kreativitas dan
tanggung jawab terhadap tugas.
b.
Mental rendah
Kemampuan mental rendah atau kapasitas intelektual
(IQ) di bawah rerata dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anak lamban belajar
(slow learners) yaitu anak yang memiliki IQ antara 70 – 90. Sedangkan anak yang
memiliki IQ di bawah 70 dikenal dengan anak berkebutuhan khusus.
c.
Berkesulitan
Belajar Spesifik
Berkesulitan
belajar berkaitan dengan prestasi belajar (achivement) yang diperoleh siswa.
Anak berkesulitan belajar spesifik adalah anak yang memiliki kapasitas
intelektual normal ke atas tetapi memiliki prestasi belajar rendah pada bidang
akademik tertentu.
2. Kelainan
Fisik meliputi:
a.
Kelainan Tubuh
(Tunadaksa)
Adanya
kondisi tubuh yang menghambat proses interaksi dan sosialisasi individu
meliputi kelumpuhan yang dikarenakan polio, dan gangguan pada fungsi syaraf
otot yang disebabkan kelayuhan otak (cerebral palsy), serta adanya kehilangan
organ tubuh (amputasi).
b.
Kelainan indera
Penglihatan (Tunanetra)
Seseorang
yang sudah tidak mampu menfungsikan indera penglihatannya untuk keperluan pendidikan
dan pengajaran walaupun telah dikoreksi dengan lensa. Kelainan penglihatan
dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu buta dan low vision.
c.
Kelainan Indera
Pendengaran (Tunarungu)
Kelainan
pendengaran adalah seseorang yang telah mengalami kesulitan untuk menfungsikan
pendengaranya untuk interaksi dan sosialisasi dengan lingkungan termasuk
pendidikan dan pengajaran. Kelainan pendengaran dapat dikelompokkan menjadi 2,
yaitu tuli (the deaf) dan kurang dengar (hard of hearing).
d.
Kelainan Wicara
Seseorang
yang mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran melalui bahasa verbal,
sehingga sulit bahkan tidak dapat dimengerti orang lain. Kelainan wicara ini
dapat bersifat fungsional dimana mungkin disebabkan karena ketunarunguan, dan
organik yang memang disebabkan adanya ketidak sempurnaan organ wicara maupun
adanya gangguan pada organ motoris yang berkaitan dengan wicara.
3. Kelainan
Emosi
Gangguan
emosi merupakan masalah psikologis, dan hanya dapat dilihat dari indikasi
perilaku yang tampak pada individu (akan dibahas lebih dalam pada bab IV)
adapun klasifikasi gangguan emosi meliputi:
a.
Gangguan
Perilaku
Gangguan
Perilaku tersebut dapat berupa:
·
mengganggu di
kelas
·
tidak sabaran –
terlalu cepat bereaksi
·
tidak menghargai
– menentang
·
menyalahkan
orang lain
·
kecemasan terhadap
prestasi di sekolah
·
dependen pada
orang lain
·
pemahaman yang
lemah
·
reaksi yang
tidak sesuai
·
melamun, tidak
ada perhatian, menarik diri
b.
Gangguan
Konsentrasi (ADD/Atention Deficit Disorder)
Gangguan
Konsentrasi itu dapat berupa:
·
Sering gagal
untuk memperhatikan secara detail, atau sering membuat kesalahan dalam
pekerjaan sekolah atau aktivitas yang lain.
·
Sering kesulitan
untuk memperhatikan tuga-tugas atau aktivitas permainan.
·
Sering tidak
mendengarkan ketika orang lain bicara.
·
Sering tidak
mengikuti instruksi untuk menyelesaikan pekerjaan sekolah.
·
Kesulitan untuk
mengorganisir tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas.
·
Tidak menyukai
pekerjaan rumah dan pekerjaan sekolah.
·
Sering tidak
membawa peralatan sekolah seperrti pensil buku dan sebagainya.
·
Sering mudah
beralih pada stimulus luar.
·
Mudah melupakan
terhadap aktivitas sehari-hari.
c.
Anak Hiperaktive
(ADHD/Atention Deficit with Hiperactivity Disorder)
·
Perlaku tidak
bisa diam
·
Ketidak mampuan
untuk memberi perhatian yang cukup lama
·
Hiperaktivitas
·
Aktivitas motorik
yang tinggi
·
Mudah buyarnya
perhatian
·
Canggung
·
Infleksibilitas
·
Toleransi yang
rendah terhadap frustrasi
·
Berbuat tanpa
dipikir akibatnya
D.
Identifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
Istilah
identifikasi ABK dimaksudkan sebagai usaha seseorang (orang tua, guru, maupun
tenaga kependidikan lainnya) untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami kelainan/penyimpangan
(phisik, intelektual, sosial, emosional, dan atau sensoris neurologis) dalam
pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya
(anak-anak normal).
Identifikasi anak
berkebutuhan khusus diperlukan agar keberadaan mereka dapat diketahui
sedini mungkin. Selanjutnya, program pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan
mereka dapat diberikan. Pelayanan tersebut dapat berupa penanganan
medis, terapi, dan pelayanan pendidikan dengan tujuan mengembangkan potensi
mereka.
Secara
umum tujuan identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah seorang anak
mengalami kelainan/penyimpangan (pisik, intelektual, sosial, emosional).
Disebut mengalami kelainan/penyimpangan tentunya jika dibandingkan dengan anak
lain yang sebaya dengannya. Hasil dari identifkasi akan dilanjutkan dengan
asesmen, yang hasilnya akan dijadikan dasar untuk penyusunan progam
pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan ketidakmampuannya.
Untuk
anak-anak yang sudah masuk dan menjadi siswa di sekolah, indentifikasi
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Menghimpun Data
Anak
Pada
tahap ini petugas (guru) menghimpun data kondisi seluruh siswa di kelas
(berdasarkan gejala yang nampak pada siswa)
2.
Menganalisis
Data dan Mengklasifikasikan Anak
Pada
tahap ini tujuannya adalah untuk menemukan anak-anak yang tergolong Anak
Berkebutuhan Khusus (yang memerlukan pelayanan pendidikan khusus). Buatlah
daftar nama anak yang diindikasikan berkelainan sesuai dengan ciri-ciri. Jika
ada anak yang memenuhi syarat untuk disebut atau berindikasi kelainan sesuai dengan
ketentuan tersebut, maka dimasukkan ke dalam daftar nama-nama anak yang
berindikasi kelainan. Sedangkan untuk anak-anak yang tidak menunjukan gejala
atau tanda-tanda berkelainan, tidak perlu dimasukkan ke dalam daftar khusus
tersebut.
3.
Menginformasikan
Hasil Analisis dan Klasifikasi
Pada
tahap ini, hasil analisis dan klasifikasi yang telah dibuat guru dilaporkan
kepada Kepala Sekolah, orang tua siswa, dewan komite sekolah untuk mendapatkan
saran-saran pemecahan atau tindak lanjutnya.
4.
Menyelenggarakan
Pembahasan Kasus (case conference)
Pada
tahap ini, kegiatan dikoordinasikan oleh Kepala Sekolah setelah data Anak
Berkebutuhan Khusus terhimpun dari seluruh kelas. Kepala Sekolah dapat
melibatkan: (1) Kepala Sekolah sendiri; (2) Dewan Guru; (3) orang tua/wali
siswa; (4) tenaga profesional terkait, jika tersedia dan memungkinkan; (5) Guru
Pembimbing/Pendidikan Khusus (Guru PLB) jika tersedia dan memungkinkan. Materi
pertemuan kasus adalah membicarakan temuan dari masing-masing guru mengenai
hasil indentifikasi untuk mendapatkan tanggapan dan cara-cara pencegahan serta
penanggulangannya.
5.
Menyusun Laporan
Hasil Pembahasan Kasus
Pada
tahap ini, tanggapan dan cara-cara pemecahan masalah dan penanggulangannya
perlu dirumuskan dalam laporan hasil pertemuan kasus.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teknik
memahami anak dapat dilakukan dengan dua cara yaitu melalui teknik tes dan non
tes. Yang termasuk teknik tes diantaranya tes intelegensi, tes bakat, tes
kepribadian, dan tes prestasi belajar. Sedangkan yang termasuk teknik non tes
yaitu observasi (pengamatan), wawancara ( interview ), angket ( questionaire ),
sosiometri, studi kasus, dan autobiografi.
Untuk
dapat memberikan penanganan dan pelayanan pembelajaran yang sesuai pada peserta
didik, guru harus mampu melakukan identifikasi terhadap anak berkebutuhan
khusus (ABK). Agar guru bisa melakukan identifikasi dengan baik maka sebelumnya
ia harus mengetahui kondisi anak seperti apa yang dikategorikan sebagai ABK.
Adapun anak berkebutuhan khusus dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori
yaitu kelainan mental, kelainan fisik, dan kelainan emosi.
Langkah-langkah
yang dapat ditempuh untuk melakukan identifikasi tersebut antara lain menghimpun
data anak, menganalisis data dan mengklasifikasikan anak, menginformasikan
hasil analisis dan klasifikasi, menyelenggarakan pembahasan kasus (case
conference), dan menyusun laporan hasil pembahasan kasus.
B.
Saran
Guru harus memahami bagaimana teknik tes dan non tes
tersebut dan apa saja kelebihan dan kekurangan dari masing-masing teknik
pengumpulan data. Kedua teknik ini sangat penting agar dapat mudah memahami
siswa, serta dapat memberikan strategi yang sesuai untuk mengajarkan siswanya.
Selain itu guru juga harus memiliki kemampuan untuk
mengidentifikasi apakah ada peserta didiknya yang memiliki kebutuhan khusus
(ABK). Karena pada anak berkebutuhan khusus perlu pelayanan yang berbeda dengan
anak lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Suparno. 2007. Pendidikan
Anak Berkebutuhan Khusus. DIRJEN DIKTI DEPDIKNAS. Jakarta
0 komentar:
Posting Komentar